Posted by Metamorfosis on Sabtu, Mei 26, 2012 in bencana, global warming, kelestarian alam, kelestarian lingkungan, keseimbangan alam, lestari, lingkungan, menjaga alam, pelestarian lingkungan, pemanasan global, sadar lingkungan | No comments
Menjaga
Keseimbangan Alam, Sebuah Refleksi
Add caption |
Tidak sedikit tentunya kerugian yang
ditanggung oleh negara. Mulai dari kerugian materi yang jumlahnya mencapai
hingga ratusan milyar rupiah, hingga korban jiwa yang tak terhitung lagi
jumlahnya.
Oleh karenanya, timbul rasa
iba serta kegelisahan yang sangat dalam benak penulis melihat penderitaan yang
dialami oleh masyarakat. Tanpa adanya bencana alam pun masyarakat sudah sangat
menderita akibat ulah para koruptor yang telah mencuri uang negara, apalagi
ditambah dengan datangnya bencana alam yang datang secara bertubi-tubi silih
berganti. Tentunya itu akan membuat masyarakat lebih menderita lagi. Berangkat
dari hal itu, dalam benak penulis kemudian muncul pertanyaan apakah semua ini
merupakan hukuman tuhan yang ditimpakan kepada kita? Kalau memang itu hukuman
tetapi kenapa rakyat yang tak berdosa juga ikut menjadi korban bencana?
Pertanyaan di atas pantas
rasanya untuk ditujukan bukan kepada
tuhan, akan tetapi kepada diri pribadi kita masing-masing. Dengan merenung dan
memahami pertanyaan di atas secara mendalam, penulis berharap tentunya kita
semua dapat mengintrospeksi diri. Jikalau tuhan ingin menghukum kita, kenapa
tuhan tidak menghukum para koruptor itu? Tentunya tuhan memiliki alasan kenapa
tuhan mendatangkan bencana yang datang bertubi-tubi silih berganti kepada kita.
Adaikata tuhan tidak punya alasan, maka tak patutlah dia kita sembah.
Setelah kita semua merenung
dan mengintrospeksi diri, harapan penulis adalah kita sebagai makhluk dapat
memahami bahwasanya bencana seperti banjir, tanah longsor, itu bukan sekedar
hukuman yang diberikan tuhan –berbeda dengan bencana gempa bumi, gunung meletus
ataupun tsunami, yang kesemuanya itu merupakan gejala atau hukum alam yang memang
pasti terjadi–. Akan tetapi, hal itu juga di karenakan kecerobohan dan
kelalaian manusia yang telah menghilangkan keseimbangan alam itu sendiri.
Semua itu tidaklah lepas dari
hubungan sebab-akibat. Akibat kerakusan dan perbuatannya sendiri, manusia telah merusak keseimbangan yang
ada di alam ini. Pengerukan tambang bumi secara besar-besaran tanpa menjaga dan
memperdulikan dampaknya bagi bumi kita ini, penebangan hutan liar secara
besar-besaran, pembuangan limbah ke sungai-sungai atau ke laut, membuang
sampah-sampah kesungai hingga membuat alirannya tersumbat, tentunya semua itu
merusak akan alam dan membuat keseimbangan yang ada menjadi timpang. Akibatnya,
banyak bencana yang terjadi, seperti banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
Di dalam Al-Qur’an Q.S.
Ibrahim disebutkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
pasti azab-Ku sangat berat.” Ayat
ini menyeru kepada kita sebagai makhluk yang beragama agar supaya kita selalu
bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan-Nya. Namun, kebanyakan manusia
kufur terhadap nikmat-Nya sehingga yang timbul dari prilakunya adalah prilaku
hewaniah (rakus) dan lupa terhadap sang maha pemberi nikmat. Akibat dari
kerakusan manusia dalam mengeksploitasi kekayaan bumi secara tidak proporsional
adalah hilangnya keseimbangan alam dan akhirnya terjadilah bencana.
Sebuah contoh yang sedang
marak diperbincangkan saat ini adalah bencana pemanasan global atau global
warming. Dampak dari bencana ini tidak hanya dirasakan oleh bangsa
Indonesia tetapi dirasakan oleh seluruh dunia. Bencana ini tentunya tidaklah
semata-mata karena takdir tuhan. Tetapi lebih karena perusakan manusia terhadap
alam itu sendiri. Hutan-hutan yang bertugas menyaring polusi guna melindungi
lapisan ozon telah dibabat secara besar-besaran oleh manusia, sehingga yang
terjadi adalah bencana.
Berangkat dari hal itu, maka
hendaknya bermacam bencana yang telah kita lalui tidak hanya dijadikan sebuah
episod kehidupan yang nantinya hanya akan dikenang dalam sejarah. Akan tetapi,
kejadian tersebut hendaknya kita jadikan sebagai sebuah pelajaran penting agar
kita semua nantinya lebih bisa berhati-hati dalam bertindak untuk menjaga dan
menghargai akan keseimbangan alam. Dan kemudian diakhiri dengan harapan agar
alam ini kembali pada keseimbangannya.
Manusia haruslah mampu untuk
mengambil pelajaran dari semua kejadia (bencana) yang telah menimpanya itu.
Sesungguhnya Tuhan tidaklah menciptakan sesuatu itu tanpa tujuan. Setiap
kejadian (bencana) yang telah kita hadapi itu merupakan peringatan dari Tuhan
agar kita bisa memperbaiki diri, termasuk dalam menjaga keseimbangan alam.
Selain itu pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa manusia yang takabur
menganggap dirinya hebat dan berkuasa di bumi ini sebenarnya hanyalah makhluk
lemah yang tidak memiliki kekuatan tanpa pertolongan-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar